Oleh: Ningrum | 9 November 2013

Postingan Photo, Gambaran Kepribadian?

Belum lama memang saya menggunakan aplikasi Instagram, teman saya disana pun tidak sebanyak kawan yang ada di facebook atau di aplikasi lain seperti Blackberry Massanger. Walaupun demikian, saya bisa leluasa melihat-lihat objek jepretan milik kawannya kawan saya yang akun instagramnya tidak terprotect; disetting untuk bisa dilihat oleh semua orang. Bahkan, saya bisa melihat photo milik orang lain yang tidak diketahui asal usulnya (bukan temannya teman), artinya, saya tidak memfollow yang bersangkutan begitupun sebaliknya, hanya kebetulan nyasar dari “jasa” hastag. Ya, karena memang akun instagram milik saya terbuka; bisa terlihat atau dilihat-ditemukan oleh siapa saja.

Hmmm….terkadang muncul rasa ingin untuk sekedar melihat foto-foto milik kawan saya ataupun kawannya kawan. Katanya si, satu gambar atau foto bisa mewakili seratus kata-kata atau bahkan lebih *weew banyak amat ya, heee*. Ya siapa tahu bisa mendapatkan setting atau pemandangan alam atau lingkungan sekitar yang bagus yang menjadi latar belakang si empunya foto, sehingga saya bisa mendapatkan refrensi baru mengenai suatu tempat. Juga bisa mendapatkan hal-hal atau objek yang unik-unik dan sebagainya, terkadang malah menemukan objek yang nyeleneh, objek yang tak pernah terfikirkan oleh kita untuk difoto tetapi ternyata menarik juga. Tak jarang juga menemukan objek hanya semacam.

Lalu, berawal dari keisengan melihat foto-foto milik orang lain tersebut, maka saya mendapatkan perbedaan yang cukup kentara antara pemosting perempuan dan pemosting laki-laki (pria). Disamping teknik fotografi atau pengambilan angel dan atau pemilihan menu instan yang tersedia, ada ranah yang cukup menarik untuk dibahas atau dikaitkan dengan hasil jepretan atau upload-an yakni pada sisi psikologisnya. Ada kekhasan yang sangat jelas antara perempuan dan laki-laki, ya walaupun ini tidak berlaku selalu demikian. Juga bukan merupakan hasil riset bertahun-tahun, baik lapangan atau refrensi ilmiah. Ini hanya hipotesa yang didapatkan dari berkeliling akun instagram secara singkat. Bisa mutlak benar, separuh benar atau sebaliknya.

Dari pengamatan singkat tersebut diperoleh hipotesa, yakni:
Bahwa perempuan itu memiliki tingkat kesadaran yang cukup tinggi dengan potensi wajah dan tubuhnya daripada laki-laki (meskipun pria adalah masuk dalam golongan tampan standart masyarakat umum). Hal tersebut terbukti dengan hasil jepretan yang terupload, tepatnya si diapload oleh yang bersangkutan. Berlaku bagi yang memiliki potensi wajah seperti artis perempuan ternama atau yang biasa saja. Kedua golongan perempuan tersebut gemar memposting gambar dirinya secara close up dengan berbagai gaya. Sehingga ketika dibuka koleksi foto pada akun instagramnya, yang terlihat adalah lebih dari 75% adalah wajah dan tubuhnya seorang. Sebagian kecil fotonya, ia bersama siapa dan ada di mana.

Sedangkan pada laki-laki yang tampak adalah sebaliknya, meskipun wajahnya menawan (kategori manusia umumnya), hanya sebagian kecil saja foto yang diposting menampakkan wajahnya secara close up dengan objek dia seorang. Sebagian besar, koleksinya tidak berpusat pada wajahnya, justru pada objek yang sifat dan jangkauannnya luas, baik ketertarikannya pada berbagai objek, pada sebuah karya/kreatifitas. Foto-foto yang tersaji lebih kepada aktivitasnya, objeknya lebih bervariasi dan lebih luas. Pun seringkali ada penjelas lain seperti; siapa, di mana, apa, kapan, bagaimana, mengapa. Sehingga orang lain yang melihat foto-fotonya bisa mendapatkan beberapa informasi atau berbagai pesan lain. Hal tersebut entah tersadari atau tidak oleh yang bersangkutan, jelasnya yang tertangkap oleh saya memang seperti itu indikatornya. Cukup khas, walaupun tidak selalu berlaku mutlak demikian.

Kedua perbedaan tersebut lagi-lagi menghasilkan hipotesa, apakah hal tersebut bisa dijadikan sebagai ukuran potensi kepribadiannya, baik tersadari atau tidak oleh yang bersangkutan?. Ketika yang foto yang terpampang didominasi oleh wajahnya seorang secara close up tanpa ada pewarta pendamping seperti setting; tempat atau informasi lainnya (with whom, why, what, when, where atau how) maka, apakah ini bisa dijadikan pertanda bahwa orang yang bersangkutan sangat mengagumi dirinya seperti seorang Narcissius?, apakah ini juga bentuk egosentrism seorang manusia? Atau bahkan ini bisa dipakai sebagai “alat” untuk mengukur selera, memprediksi jangkauan dan cara berfikirnya? Dan atau membaca kepribadiannya?. Entah, tetapi itu sangat mungkin bisa digunakan sebagi indikator tertentu, terlebih sisi psikologisnya. Karena cukup jelas terlihat apa-apa (foto) yang diposting.

Lalu, sampai detik ini saya memiliki pertanyaan, apakah memfoto objek yang sama hingga hitungan belasan, puluhan, bahkan lebih tanpa ada pewarta lainnya adalah hal yang menyenangkan?.


Tinggalkan komentar

Kategori