Oleh: Ningrum | 29 November 2013

Seketika

Saya sangat tidak menyukai amarah yang tidak semestinya ada atau untuk hal-hal yang seharusnya saya tidak sampai pada puncak emosi. Karena yang ada setelahnya hanyalah lelah, meyesal dan tentu saja itu sangat tidak berguna.

Dalam kesadaran penuh saya, saya tidak menyukai emosi yang tidak baik. Oleh sebab itu, sebisa mungkin saya menghindarinya. Namun pagi menjelang siang tadi emosi yang tidak positif saya meluap juga. Sungguh saya tidak menyukai realitas diri saya yang ini. Karena hampir bisa dipastikan, orang lain yang menjadi lawan bicara saya akan terluka oleh emosi saya, oleh ucapan yang tentu saja bernada tinggi, yang sekali lagi saya tidak menyukai emosi ini, yang dalam kehendak sadar saya ingin saya binasakannya, hingga saya bisa mengendalikan semuanya, termasuk emosi yang tidak “sehat”.

Sungguh saya menyesal dan tahu, saya telah melukai sebuah hati. Ya, Tuhan ampuni saya dan maafkan ketidakmampuan kali ini. Ketidak mampuan menahan kesal hanya karena tidak bisa merima kata-kata yang diucapkan lawan bicara kepada saya. Ketidakmampuan untuk tidak terlalu reaktif atas kata-kata yang seharusnya bisa untuk tidak dimasukkan kedalam hati. Ketidakmapuan saya untuk menutup telinga dan seolah-olah tidak mendengar berbagai ucapan itu. Seharusnya saya mampu menguasai diri saya sendiri, termasuk amarah pagi menjelang siang tadi yang setelahnya hanya membuat saya menyesal.

Seandainya memiliki kebijaksanaan atau kesabaran tak harus “berlatih” dengan dihadapkan atau melalui cara-cara seperti ini, cara-cara yang menurut saya tidak menyenangkan, sepertinya saya lebih memilih cara lain, cara yang lebih “indah” atau kesabaran itu telah menjadi aura;bawaan kepribadiaan, nah ini sangat menyenangkan. Bersyukurlah jika dari kalian termasuk yang dianugerahi bawaan sabar.

Inilah salah satu mengapa saya sangat menyukai kelapangan dan keteduhan, karena daripadanya hal-hal yang mendamaikan bisa terlihat, tiada gemuruh, tiada yang meledak-ledak bukan pada tempatnya.
Saya ingin semuanya baik-baik saja, selalu teduh dan disayang Tuhan tentu.


Tinggalkan komentar

Kategori